Tuesday 1 July 2014

Apabila Anda sudah bekerja, perlukah berbisnis?


Serial 4 artikel: -1.Perlukan berbisnis -2.Rahasia bisnis-3.perlukan berbisnis -4.perlukan berbisnis     

Bagi yang belum punya pekerjaan atau belum mapan tentu sangat perlu untuk berbisnis, bagaimana untuk yang sudah punya pekerjaan? Lewat tulisan ini Anda akan menemukan jawaban bahwa kita perlu berbisnis.
Kebanyakan orang merasa cukup puas dan aman jika mendapatkan penghasilan dengan menjadi pekerja atau karyawan, lantas mengapa kita perlu memiliki bisnis meski sudah mendapatan pekerjaan yang bagus?
Kita perlu berbisnis yang benar-benar terarah, terprogram, bukan hanya untuk jangka pendek tapi juga jangka panjang untuk mencapai kebahagiaan. Bukankah banyak orang yang pernah sukses tapi akhirnya bangkrut? Atau banyak hutang?  Atau seorang pekerja dengan gaji besar namun susah di kala tuanya? Atau seorang seniman yang bergelimang harta saat karirnya melonjak, di saat karirnya merosot akhirnya merosot pula kwalitas hidupnya secara drastis? Ada juga yang kena PHK?

Tahap awal pembahasan kita adalah kenalilah dulu apa profesi Anda: 
1. Pekerja (employe)
Yaitu dirinya bekerja untuk orang lain seperti karyawan, buruh pabrik, dan sebagainya. Apa yang dilakukan adalah barter (pertukaran) waktu dengan uang, maksudnya adalah penghasilan terbatas dengan tenaganya yaitu kerja sehari dibayar sehari, kerja sebulan dibayar sebulan dst, tidak kerja tidak dapat gaji.
Untuk mendapatkan uang yang semakin besar maka harus mengeluarkan tenaga yang semakin besar juga, atau waktu yang lebih banyak yaitu dengan kerja lembur karena nilai uang adalah sesuai dengan apa yang dihasilkan.
Namun perlu diperhatikan bahwa apabila kerja lembur ini selalu dituruti (terlalu berlebihan karena untuk mendapatkan uang yang lebih besar lagi) maka akibatnya tidak baik untuk dirinya yaitu tenaga yang terlalu terkuras untuk pekerjaan, kurang waktu untuk keluarga, untuk keagamaan dan interaksi sosial lainnya.
Untuk yang bekerja dengan sistim gaji maka penghasilannya adalah tetap karena sudah ditentukan waktu kerja dan besarnya gaji. Tugasnya adalah memenuhi kewajiban tugas yang juga sudah ditentukan. 
2.Pekerja untuk dirinya sendiri (self-employe/profesional/small business).
Yaitu mempunyai profesi untuk dirinya sendiri. Contoh: dokter, seniman, pengacara. Maka yang menjadi prioritas adalah bekerja lebih baik untuk mendapatkan hasil yang lebih besar. Kerja sedikit hasil sedikit. Apabila karier melonjak hasil besar, karir surut hasil surut pula.
Seorang dokter harus berusaha memaksimalkan keahliannya untuk mengusahakan kesembuhan pasiennya. Seorang seniman harus tetap berkarya dan mengeluarkan inovasi-inovasi baru agar kariernya melonjak atau setidaknya bertahan. Perlu kreativitas dan menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan/penggemar. 
3.Pe-bisnis (business owner)
Yaitu mempunyai usaha sendiri dan orang lain bekerja untuk dirinya seperti pengusaha yang melibatkan karyawan/pekerja. Pe-bisnis memiliki potensi penghasilan yang tidak terbatas, namun yang merupakan tantangan terberat adalah persaingan yang sangat ketat. Seorang pengusaha harus kreatif dan pandai membaca pasar. Salah menilai bisa menjadi penyebab bangkrut usahanya.
Setiap pengusaha tentu mencari bidang-bidang yang sangat berpotensi, namun perlu diingat bahwa dalam dunia bisnis semakin potensi suatu usaha maka semakin banyak persaingan akibatnya potensi yang besarpun akhirnya menjadi semakin mengecil pula.
Sebagai pe-bisnis, karyawan adalah mitra untuk mencapai kesuksesan, maka dari itu perlu mencari karyawan yang kompeten, namun mencari karyawan yang sangat potensial adalah sulit, bisa terjadi persaingan juga dari perusahaan lain dalam hal karyawan, sehingga terjadi pembajakan karyawan yang potensial yaitu perusahaan lain yang memberikan janji akan meberikan bayaran yang lebih besar. Maka dari itu karyawan harus diperhatikan dengan layak. Namun dengan semakin banyaknya pengangguran dan minimnya lapangan kerja, mencari karyawan yang berkwalitas relatif menjadi tidak sulit.
Perlu tindakan cadangan untuk menjaga berbagai kemungkinan yang terburuk misalnya dengan asuransi. Semakin maju suatu usaha semakin perlu perhatian dan menyita banyak waktu. Apabila membuka suatu cabang baru maka perlu modal besar, maka sebelum itu harus sudah dikaji dengan matang.
Sebagai pengusaha harus menjaga hubungan yang bagus dengan relasi, karyawan, pemerintah, dan sesama bisnis namun rahasia perusahaan tetap harus dijaga. Perlu tetap belajar dan memunculkan inovasi-inovasi baru. Harus selalu introspeksi terhadap usahanya agar tidak ketinggalan dengan yang lainnya. Perlu biaya-biaya untuk kemajuan dan perkembangan usahanya seperti training karyawan, promosi, uji coba produk baru yang tidak terelakkan apabila ingin bersaing dan tidak ingin tersisih. 
4.Investor
Yaitu menanamkan modal untuk investasi. Program seorang investor adalah mencari tempat penanaman modal yang kecil resikonya tapi besar keuntungannya. Namun hukum dalam investor adalah keuntungan besar resiko besar, keuntungan kecil resiko kecil.
Bagi seorang investor, uang akan berjalan mendatangkan laba secara terus-menerus seiring dengan berjalannya waktu apabila tempat penanamannya memang menghasilkan laba, maka perlu memilih tempat penanaman yang potensial.
Perlu meneliti tempat untuk menamkan modalnya agar tidak tertipu. Untuk menjaga berbagai kemungkinan buruk pada suatu tempat investasi maka perlu menanamkan pada beberapa tempat investasi. Akan tetapi untuk bisa menjadi seorang investor harus mempunyai modal terlebih dulu.
 

Masa tua

Profesi Anda termasuk yang mana? Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana potensinya untuk jangka panjang? Bagaimana untuk masa tua nanti? Seorang pekerja harus pandai-pandai mengatur uangnya. Apabila hanya mengandalkan hasil dari tenaganya di kala muda, maka pada masa tua di saat tenaga sudah turun maka menurun pula penghasilannya. Untuk mendapatkan pensiun maka perlu persiapan sendiri untuk memperoleh dana pensiun tersebut yaitu misalnya dengan menabung. Begitu pula untuk self-employe.
Berapa jumlah dana yang harus ditabung perbulan agar mendapat pensiun yang cukup? Misalnya saja dalam kondisi saat ini kita ingin mendapat dana pensiun dengan nilai Rp.1 juta rupiah perbulan dengan asumsi ditaruh di bank dengan bunga ±8% pertahun= 0,67% perbulan, maka dana yang harus dipunyai adalah sebesar ±Rp.150 juta. Apabila ditabung dalam masa 25 tahun, maka nilai yang harus ditabung adalah Rp.6 juta setahun= Rp.500 ribu perbulan. Namun tentu saja ini sangat berat bagi kalangan umum masyarakat Indonesia. Bagaimana bisa menabung apabila penghasilan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja?
Disamping itu nilai tabungan akan semakin menurun karena terpengarus inflasi. Coba apabila kita menabung selama 25 tahun sejak tahun 1990 berarti pada tahun 2005 sudah sampai 15 tahun dan kurang 10 tahun lagi, bagaimana nilai uang sebesar Rp.500 ribu pada tahun 1990? Tentu sangat besar, uang sebesar itu untuk sekarang nilainya adalah sama dengan Rp.1,5 juta s/d Rp.2 juta. Mengeluarkan uang Rp.150.000 pada tahun 1990 adalah seperti Rp.500 ribu pada saat ini. Sebagai ukuran yang ideal untuk menilai seberapa besar nilai inflasi adalah dengan kurs harga emas, yaitu berapa harga 1 gram emas tahun 1990 dan berapa pada tahun ini. Lalu seberapa besar nilai uang Rp.500 ribu pada 2015? Mungkin nilai pensiun yang kita rancang Rp.1 juta perbulan untuk tahun 2015 nilainya sama dengan Rp.250 ribu untuk saat ini. Apakah nilai bunga-berbunga sepadan dengan nilai inflasi?

Ada tiga jenis simpanan yang bisa dipilih:
  1. Tabungan biasa
    Mendapatkan manfaat bunga untuk bank konvesional (sistim bunga) atau bagi hasil untuk bank syariah. Namun apabila terjadi sesuatu musibah yang tidak terduga bias saja uang tersebut terkuras kembali misalnya sakit.
  2. Tabungan plus Asuransi
    Mendapatkan manfaat perlindungan antara lain jaminan santunan untuk ahli waris apabila meninggal dunia dan/atau jaminan pengobatan apabila sakit, sesuai dengan apa yang sudah tertulis dalam isi perjanjian. Apabila belum habis masanya dan berminat mengundurkan diri, maka untuk tahun-tahun awal nilai pengembalian yang diambil adalah jauh lebih kecil dari pada uang yang sudah disetorkan karena adanya suatu proteksi (perlindungan). Untuk 5 tahun ke atas barulah nilai uang sudah bertambah besar.
  3. Investasi
    Suatu simpanan yang diharapkan akan memiliki nilai yang semakin bertambah, minimal mengikuti laju inflasi. Contoh: tanah, emas. Menyimpan emas terbukti sejak dulu selalu mengikuti inflasi, ini diterapkan oleh semua kalangan dari masyarakat kecil sampai kelas atas. Sekarang banyak pegadaian dan bank yang melayani pembelian dan jasa penyimpanan emas, bahkan emas yang dibeli bisa diangsur/kredit. Membeli tanah juga terbukti mengikuti inflasi, bahkan untuk daerah yang potensial dan cepat berkembang nilainya bisa cepat berlipat, misalnya pada daerah yang perkembangannya cepat. Investasi lainnya seperti pembelian Saham.

Seperti yang telah di bahas sebelumnya, untuk ukuran masyarakat umum Indonesia masih banyak yang belum memungkinkan untuk itu, lain dengan negera-negara yang sudah lebih maju memiliki pendapatan perkapita cukup tinggi. Namun sebenarnya perusahaan asuransi sekarang juga sudah memberikan solusi yaitu premi yang cukup terjangkau untuk masyarakat kecil.
Untuk employe dan self-employe tidak bisa diwariskan kepada anak cucu. Jadi untuk masa depan anak cucunya harus sudah dirancang sewaktu ia masih menghasilkan income yang maksimal (saat produktif). Untuk business-owner dan investor bisa diwariskan.
Untuk itu, perlu kombinasi dari keempat bidang profesi di atas terutama yang sesuai keahliannya pada bidang profesi asalnya. Seorang dokter disamping dinas bisa praktek di rumah, beli saham klinik. Seniman membuka toko alat-alat seni atau dengan membeli saham produk seni, karena itu adalah sesuai dengan bidangnya dan paham dengan hal tersebut karena untuk terjun ke suatu bidang bisnis memang perlu kretitifitas dan kontrol.
Berdasarkan hasil survey di Harvard University Amerika menunjukkan bahwa pada usia 65 th, orang terbagi dalam beberapa keadaan sebagai berikut:
- 35 % meninggal dunia
- 5 % masih bekerja
- 4 % pensiun / tabungan pas-pasan
- 55 % miskin (tergantung pada anak, gelandangan,dll)
- 1 % kaya  
Untuk 1 % orang yang kaya tersebut adalah berasal dari profesi sbb:
- 10 % CEO, Top manager
- 10 % dokter ahli, pengacara, artis (professional yang sukses)
- 5 % sales asuransi, sales rumah
- 1 % lain - lain (lotre, judi, undian)
- 74 % bisnis (pemilik usaha)
Ternyata 74% dari yang kaya pada masa tuanya adalah para pe-bisnis?

No comments:

Post a Comment